
SAYA singgung dalam konten terdahulu, teh tabur atau teh tubruk laris di resto istri saya, dibeli konsumen sebagai oleh-oleh khas Solo. Saya lupa mengisahkan bahwa pelengkapnya, yaitu teko blirik untuk wadah pembuat minuman teh, pun laris.
Kemarin istri saya menugasi seorang karyawan kedainya kulakan satu lusin teko blirik berwarna hijau ke sebuah toko peralatan rumah tangga. Dan tadi pagi dia menugasi saya membeli lagi barang yang sama, ke toko yang sama pula.
“Tuku sak dosin yo, yah,” ujarnya. Beli satu lusin, ya, ayah
Tadi saya ke toko peralatan rumah tangga yang kemarin didatangi karyawan istri saya itu. Saya beli satu lusin atau 12 buah teko enamel motif blirik warna hijau ukuran 12 sentimeter.

“Untuk berjualan di wedangan, to, pak?” tanya mbak penjaga toko yang melayani saya.
Wedangan itu maksudnya warung wedang (minuman) dan lain-lain, sama dengan angkringan.
Saya jawab bahwa teko-teko itu akan dijual lagi oleh istri saya. “Oh, saya kira untuk wedangan,” katanya.
Menurut istri saya, dari sejumlah toko peralatan rumah tangga berlokasi tak begitu jauh dari rumah kami yang kemarin didatangi karyawan restonya, hanya satu toko yang punya stok dagangan teko blirik.
Berarti, tak hanya di resto istri saya, teko blirik memang sedang laris di banyak penjual sehingga toko-toko jadi kehabisan dagangan.
Kemarin malam istri saya juga bercerita, mayoritas pembeli paket teh tabur dan teko blirik di kedainya adalah para pembeli pria. Istri saya menduga, itu karena yang senang ngeteh di rumah adalah bapack-bapack, para suami.
“Utowo nukokke oleh-oleh nggo bojone,” tuturnya. Atau, mereka membelinya sebagai oleh-oleh untuk istri.
Mendengar itu, saya bergumam dalam hati, “Terima kasih, hai, para bapak karena telah membeli teko blirik di warung istri saya.”
Sip.
Teko enamel ini populer lagi akhir 90-an setelah krismon. Lha apa hubungannya saya ndak tahu. Juga kebetulan setelah 1996 istilah kedai hidup lagi.
SukaDisukai oleh 1 orang
Paman punya? Saya punya satu — sejak lama.
SukaSuka
Saya ada teko blirik di rumah, yang agak tinggi. Wedang satu teko penuh bisa dituang untuk 6 gelas belimbing.
Yang saya tidak suka dari enamel adalah kadang tiba-tiba muncul noda karat dan tak lama kemudian berlubang.
SukaDisukai oleh 1 orang
Oh iya, ada memang yang model tinggi, bisa diisi air teh yang banyak.😁
Tentang karat, dan kemudian bolong, iya juga. Biasanya djaman dahoeloe kemudian dibawa ke tukang patri.
SukaSuka