Minyak Goreng di Supermarket Didiskon Harganya Tapi Dibatasi Pembeliannya

TADI SIANG istri saya menugasi saya belanja kerupuk udang mentah ke supermarket langganan buat keperluan warung makannya.

Mumpung di supermarket, saya iseng mengecek rak minyak goreng setelah dua hari lalu pemerintah mencabut peraturan mengenai Harga Eceren Tertinggi (HET) untuk komoditas minyak goreng kemasan.

Di rak sudah ada lagi barang yang dahulu menghilang yaitu minyak goreng berharga tidak mahal seperti merek Sania dan Fortune kemasan pouch ukuran satu liter dan dua liter.

Hanya, merek-merek lain belum tersedia, antara lain, Sunco, Bimoli dan Filma.

Saya lihat tadi harga Sania kemasan pouch satu liter didiskon Rp 2.000 dari Rp 23.900 menjadi Rp 21.900, sedangkan yang dua liter diskon Rp 4.000 dari Rp 47.800 menjadi Rp 43.800.

Dahulu, sebelum minyak goreng sawit langka, rak tersebut selalu penuh berisi merek-merek yang saya sebut di atas.

Kemudian saat beberapa waktu lalu minyak goreng langka, yang ada tersedia hanya yang berharga tinggi seperti minyak kelapa Ikan Dorang (Rp 79.000/1.900 mililiter), minyak jagung Mazola (Rp 48.400/450 mililiter) dan minyak jagung Tropicana Slim Rp 86.200/liter.

Tadi saya tidak sempat bertanya kepada karyawan supermarket tentang banyak-sedikitnya penjualan minyak goreng setelah pemerintah sejak dua hari lalu (16 Maret 2022) melepas harga minyak goreng kemasan atau premium mengikuti harga keekonomian atau mekanisme pasar.

Itu berarti sejak dua hari lalu harga minyak goreng kemasan tidak lagi dipatok sesuai HET.

Sebelumnya, mengacu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 6 Tahun 2022 yang berlaku sejak 1 Februari 2022 lalu, pemerintah menetapkan HET minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter dan kemasan premium Rp 14.000 per liter.

Saya tidak sempat memperoleh informasi dari mbak atau mas karyawan supermarket, tetapi mungkin penjualannya belum banyak sejak dua hari lalu. Sebab, meski ada diskon harga, tetapi pembelian dibatasi dua liter per setiap pembeli.

2 tanggapan untuk “Minyak Goreng di Supermarket Didiskon Harganya Tapi Dibatasi Pembeliannya

  1. Kalau pake HET, disparitas terlalu jauh. Sementara DMO 30% entah bagaimanakah. Mau mafia mau apa embuh, pemerintah dalam kasus ini letoy. Itulah repotnya komoditas yang harganya ikut pasar global. Tapi kalo pemerintah kuat ya gak sampai repot gini.
    Dulu BBM, siapa pun presidennya, juga gak kuasa hadapi mafia impor.

    Sawit memang seksi. Makanya hampir semua konglomerat , termasuk juragan rokok, punya kebon sawit.

    Batu bara? Juga msh seksi.

    Suka

Tinggalkan komentar